Pages

Wednesday, September 18, 2013

Fisiologi Musik


Pengertian fisiologi dijelaskan dalam kamus bahasa Indonesia yang berarti cabang biologi yg berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel); ilmu faal.  Sedangkan musik  merupakan 1ilmu seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan ; 2nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan.

Dan yang dimaksud dengan fisiologi musik adalah ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan dan memahami perilaku atau kejadian-kejadian yang terjadi hasil dari musik itu sendiri. Fisiologi musik cenderung berkembang di era modern ini. Salah satunya adalah musik yang digunakan dalam terapi atau biasa disebut dengan terapi musik.

Terapi musik dilakukan oleh seorang terapis yang memiliki latar belakang musik yang telah diakui yang menggunakan musik dan semua aspek – fisik, emosional, mental, sosial, estetika, dan spiritual untuk membantu pasien atau mempertahankan kesehatannya. Beberapa bagian di mana musik terapi dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif, keterampilan motorik, perkembangan emosional dan afektif, perilaku dan keterampilan sosial serta kualitas hidup.

Rangsangan yang diberikan oleh melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa sehingga terciptalah musik yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental pasien terapis yang mendengarkannya. Musik yang bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal yang membuat musik memiliki kelebihan. Dalam bentuk kehidupan kita dapat melihat proses-proses yang memiliki kesamaan dalam irama. Sebagai contoh adalah nafas kita, detak jantung, yang semuanya berulang dan memiliki irama.

Terapi musik bersifat universal dan dapat diterima oleh segala kalangan dikarenakan tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasikan alunan musik tersebut. Terapi musik sangat mudah diterima oleh organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengar disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi.

Ketika mendengarkan suatu alunan musik, seketika kita dapat merasakan efek dari lagu tersebut. Musik dapat membuat kita bergembira, sedih, terharu, merasakan kesunyian, memberikan semangat, dan membangkitkan kenangan-kenangan masa lalu, dan lainnya.

Pada dasarnya hampir semua jenis musik dapat digunakan untuk terapi musik. Tetapi dalam pemilihannya kita harus mengetahui pengaruh setiap jenis musik terhadap tubuh kita dan emosi. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda kepada tubuh dan pemikiran.  Dalam penggunaan terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan tujuan atau masalah yang ingin dicapai.

Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme dan harmoni. Beat mempengaruhi tubuh kita, ritme mempengaruhi jiwa dan harmoni mempengaruhi jiwa.

Sebagian contoh nyata yang menjelaskan beat sangat mempengaruhi tubuh terdapat pada konser musik rock. Dalam pertunjukan musik rock, kita dapat memperhatikan pemain dan pendengar akan menggerakan bagian pada tubuhnya. Bahkan untuk beberapa kasus cenderung lepas kontrol. Pada suatu ketika pemain melakukan head banger suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama musik rock yang cepat. Tubuh yang mengikuti seakan tanpa rasa lelah.

Jika hati dalam keadaan yang tidak baik beberapa pasien akan didengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan yang ditimbulkan akan membuat pasien menjadi lebih tenang dan rileks. Beberapa bagian negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu tersebut untuk membantu penyembuhan para pasien. Itu membuktikan, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa.

Fungsi harmoni juga mempengaruhi jiwa. Sebagai contoh saat menyaksikan film horor, selalu terdengar melodi yang menyayat hati, yang dapat membuat penonton menjadi merasa ketakutan. Di dalam meditasi, pendengar diberikan musik yang bersifat suara alam yang ada di sekelilingnya untuk memberikan ketenangan.

Terapi musik yang efektif menggunakan musik dengan komposisi yang tepat bagi pasien penderitanya. Komposisi yang menyesuaikan antara beat, ritme, dan harmoni. Jadi tidak tepat apabila memberikan komposisi yang tidak sesuai dengan tujuan dari pendengar tersebut.

Terapi musik pun bersinambungan dengan beberapa unsur musik lainnya, yaitu biomusicology, musical acoustics, music theory, psychoacoustics, embodied music cognition, aesthetic of music, dan comparative musicology.

Beberapa kegiatan tentang terapi musik sering ditemukan dalam komunikasi, keterampilan olah motorik bagi mereka yang berkebutuhan khusus, menulis lagu dan membangkitkan kenangan-kenangan, relaksasi, dan lainnya. Terapi musik juga dapat kita jumpai dalam pertolongan yang bersifat medis salah satunya di pusat kanker, sekolah, rehabilitasi, rumah sakit jiwa, dan sebagainya.

Musik digunakan sebagai pengobatan,salah satunya dalam pengobatan pasien yang menderita trauma. Sebaliknya musik juga dapat membangkitkan kenangan-kenangan yang bersifat trauma bagi beberapa personal maupun kelompok. Trauma akan musik yang terdapat dalam ingatan mereka.

Trauma diambil dari bahasa Yunani yang berarti luka (Cerney, dalam Pickett, 1998). Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami individu. Kejadian atau pengalaman yang traumatik akan dihayati secara berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, sehingga setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat menghadapi kejadian traumatik.

Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya (Lonergan, 1999). Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang mengalami shock baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stress atas kejadian traumatik tersebut.

Seringkali efek dari trauma tersebut baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau bahkan berminggu-minggu. Respon individual yang terjadi umumnya adalah perasaan takut, tidak berdaya, atau merasa ngeri. Gejala dan simtom yang muncul tergantung pada seberapa parah kejadian tersebut. Demikian pula cara individu menghadapi krisis tersebut akan tergantung pula pada pengalaman dan sejarah masa lalu mereka.

Sebagai contoh untuk seorang ibu yang akan menjalani operasi caesar dengan mendengarkan alunan musik, proses melahirkan dapat menjadi lebih alami dan dapat mengurangi trauma. Ibu tersebut dapat lebih tenang dan gembira, bahkan dapat mengurangi rasa nyeri yang dia rasakan.

Terbuktikan juga bahwa musik mampu meringankan penderitaan pasien dari rasa sakitnya karena saraf untuk mendengarkan musik dan saraf perasaan sakit itu sama. Sehingga pada saat pasien menjalani pembedahan rasa sakitnya dapat dialihkan dengan cara mendengarkan musik. Hal inilah yang menyebabkan para dokter gigi terutama di Eropa maupun Amerika untuk selalu mengalunkan lagu-lagu lembut di ruang prakteknya.

Dr. Raymond Bahr, seorang dokter ahli jantung di USA dan kepala bagian dari Intensive Care Unit (ICCU), selalu mempergunakan musik di dalam ruang perawatan pada Critical Care Unit. Ia sudah membuktikan bahwa pada kasus- kasus serangan jantung di mana pasiennya membutuhkan perawatan yang intensive, satu setengah jam mendengarkan musik lembut memiliki efek terapi yang sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 miligram.

Berdasarkan penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan musik terapi kebutuhan akan obat penenang pun turun drastis hingga 50%. Di samping itu,  pasien yang menghadapi operasi lebih rileks menjadikan jarangnya terjadi komplikasi. Hal tersebut membuat waktu untuk menjalani rawat inap menjadi lebih singkat.

Dr. John Diamond dan Dr. David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia di mana mereka menyimpulkan bahawa : Saat jenis musik yang didengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin) yang dapat menimbulkan rasa nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.

Sebaliknya dengan jenis irama yang dihasilkan oleh musik rock and roll, disco, metal dan sejenisnya yang memiliki “Anepastic Beat” (2 beat pendek, 1 beat panjang dan kemudian berhenti sesaat) yang sering digunakan oleh pemusik di atas merupakan irama yang berlawanan dengan irama denyut jantung manusia.

Oleh karena itu apabila kedua jenis irama yang antagonis ini bertemu berakibat seluruh sel-sel otot pada tubuh manusia (khususnya sel pada jantung) akan melemah dan lama kelamaan sel-sel otot jantung ini akan rusak (Nekrosis). Jani jelas bagi para penggemar lagu disco., rock and roll memiliki kecenderungan mendapatkan serangan jantung dibanding yang tidak sering mendengarkannya.

Dan juga terbukti kembali apabila kita mendengarkan musik lembut secara teratur, ini dapat menurunkan tekanan darah, merangsang peningkatan hormon Endorhins (Natural Pain Relieves) dan S-IgA (Immuglobin kelenjar ludah tipe A, zat kekebalan tubuh yang berfungsi mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan denyut nadi).

Jadi bagi mereka yang memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit jantung, dianjurkan sebaiknya untuk mendengarkan musik lembut. Kelebihan ini dapat mengurangi biaya untuk ke rumah sakit maupun dokter.

Fungsi musik selain untuk didengarkan dan dimainkan terdapat fungsi-fungsi lainnya salah satunya adalah musik sebagai terapi dalam pengobatan.







Kamus Besar Bahasa Indonesia.  2013. http://kbbi.web.id/ diakses pada tanggal 24 Maret 2013

Terapi Musik. 2013. http://www.terapimusik.com/ diakses pada tanggal 24 Maret 2013

Sutton, Julie. 2002. Music Therapy and Trauma. United Kingdom : Jessica Kingsley Publishers Ltd

Rachel Danley Smith. 2003. Music Therapy. London : SAGE Publications Ltd.

Patey, Helen M. 2003. Music Therapy. London : SAGE Publications Ltd.

Sebeneranya.com. 2012 Musik Sebagai Alat Terapi. http://www.sebenarnya.com/2012/08/musik-sebagai-alat-terapi.html diakses pada tanggal 26 Maret 2013

Lonergan, B.A. (1999). The Development of Trauma Therapist : A Qualitative Studi of the Therapist’s Perspectives and Experiences. Colorado : Counselling Psychology.

Pickett,G.Y. (1998).

1 comment: