MusicologyHistory.blogspot.com

Music expresses that which cannot be said and on which it is impossible to be silent- Victor Hugo

MusicologyHistory.blogspot.com

When words leave off, music begins. Heinrich Heine

MusicologyHistory.blogspot.com

When words leave off, music begins. Heinrich Heine

MusicologyHistory.blogspot.com

When words leave off, music begins. Heinrich Heine

This is default featured slide 5 title

When words leave off, music begins. Heinrich Heine

Pages

Friday, December 6, 2013

Launching Musicology & Music History Logo's

LOGO MUSICOLOGYUntuk membuat tampilan blog semakin menarik dan punya identitas sendiri, akhirnya blog musicologyhistory.wordpress.com punya logo sendiri kawan-kawan. Semoga dengan ini admin juga semakin rajin nulis untuk post-post tentang musikologi dan sejarah musik. Thank you :)



~theresiadeasy

Alban Berg (1885-1935) dan Wozzeck (1925)

[caption id="" align="alignleft" width="540"] Wozzeck[/caption]

Alban Berg merupakan salah satu murid yang paling terkemuka dari Arnold Schoenberg. Pada komposisi-komposisi awalnya, terutama Kwartet Gesek, op. 3 (1911), pengaruh Schoenberg masih terlihat sangat jelas. Tetapi dalam waktu tujuh tahun, ia menjadi komponis yang matang. Ia kemudian menjadi sangat terkeanal dengan dua operanya Wozzeck (1925) dan Lulu (1937). (Opera Lulu merupakan sebuah karya postmus [opus posthumus])



SINOPSIS

Wozzeck adalah seorang prajurti yang ditekan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya. Atasannya, Sang Kapten, mencela dia karena memiliki anak di luar nikah. Sang Dokter menuduhnya sebagai orang yang tidak waras karena ia tidak mau dijadikan sebagai eksperimen diet oleh Sang Dokter. Kekasihnya, Marie, berselingkuh dengan "the drum major". Selain itu, Wozzeck juga mengalami halusinasi dan ia sering mendengarkan suara-suara di kepalanya.

Perselingkuhan Marie akhirnya diketahui oleh Wozzeck dari percakapan Sang Kapten dan Sang Dokter. Selain itu, "the drum major" pun membangga-banggakan perselingkuhan ini di depan Wozzeck. Itulah sebabnya Wozzeck menjadi cemburu ketima Marie dan "the drum major" berdansa di tempat minum. Maka Wozzeck pun menantang duel "the drum major", dengan hasil kekalahan oleh pihak Wozzeck.

Ketika ada kesempatan, Wozzeck mengajak Marie berjalan-jalan di hutan. Di sana ia kemudian menggorok leher Marie, yang menyebabkan kematiannya. Tewasnya Marie diketahui oleh orang-orang yang melihat Wozzeck masuk ke dalam rumah minum dengan tangan berlumuran darah.



LATAR BELAKANG WOZZECK

Jelas sekali bahwa sebelum pertunjukan perdana Wozzeck karya Berg, dunia sastra/teater di luar Jerman tidak mengenal nama George Büchner (1813-1836).Büchner memiliki banyak bakat, ia menulis dalam bidang sejarah, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Sayang sekali karena umurnya sangat singkat ia meninggal pada usia 23 tahun karena penyakit tifus, maka keterkenalannya baru di dapat setelah ia meninggal dunia.

Setelah ia meninggal, manuskrip-manuskrip, fragmen-fragmen, dan sejumlah draf dari karyanya, Woyzeck ditemukan. Karya itu, Woyzeck, disebut kemudian menjadi "Wozzeck" dikarenakan salah pembacaan oleh editor karyanya yang paling pertama, Karl Emil von Franzos. Woyzeck atau Wozzeck itu menunjukakan bagaimana pandangan Büchner mengenai manusia yang berjuang tak habis-habisnya di dunia yang jahat. Büchner memiliki pandangan pesimistis atas kegagalan masa Pencerahan, Revolusi Perancis dan "The Reign of Terror".

Banyak orang Jerman memiliki rasa kasih terhadap orang papa. Salah satunya Büchner ini. Woyzeck memotret hidup yang menyedihkan dari seorang tentara hina. Sang tokoh yang memang sungguh ada realitasnya, Johann Christian Woyzeck adalah seorang tentara yang alkoholik dan bertindk hanya berdasarkan insting. Ia membunuh perempuan simpanannya dalam kasus "crime of passion". Woyzeck diadili dan dihukum mati pada tahun 1824.

Di dalam Woyzeck, Büchner mengekspresikan rasa simpatinya atas penderitaan manusia. Sang tokoh Woyzeck-nya Büchner bukanlah orang yang hidup di dalam dunia sentimental atau ideal, melainkan dunia yang jahat, yang bersifat menindas, irasional dan dihidupi oleh manusia-manusia yang merupakan predator bagi sesamanya. Büchner berhasil masuk ke dalam kejiwaan Woyzeck, ia berhasil memotret orang sial yang direndahkan oleh orang-orang disekelilingnya. Woyzeck mengalami halusinasi yang tidak dapat dimengerti, ia gagal dalam menghadapi atasannya yang tanpa kompromi, tanpa alasan yang jelas ia takut pada freemason. Warna-warna yang riang menakutkannya dan ia percaya bahwa ia mendengar suara-suara akibat halusinasinya. Woyzeck adalah manusia yang mengalami delusi dan ilusi, yang jelas menunjukkan bahwa ia adalah orang yang mengalami gangguan jiwa.

Dialog yang diciptakan oleh Büchner di dalam Woyzeck dasarnya adalah dibangun dari pola-pola wicara sehari-hari, bahasa dari orang-orang yang tidak berpendidikan atau dari kalangan kelas bawah. Di dalam karyanya itu Büchner tidak menciptakan retorika, dan tokoh-tokohnya tidak berhenti melakukan refleksi atau introspeksi.Protes dan kemarahan diekspresikan dari kalimat-kalimat yang dikutib dari Kitab Suci.



PENCIPTAAN WOZZECK

Pengalamannya sebagai prajurti Jerman pada Perang Dunia 1 lah yang menjadi pemicu Alban Berg untuk mengadaptasi drama Büchner. Di dalam perang ia melihat bagaimana kondisi manusia yang tidak manusiawi, serta kegilaan mereka dalam usaha untuk menyelamatkan diri. Di sanalah ia menemukan bagaimana yang disebut dengan bersifat manusiawi hanyalah omong kosong belaka, atau bahkan mungkin sama dengan kegilaan yang sesungguhnya.

Di dalam Woyzeck tidak ada yang normal, semua dekaden dan menyedihkan. Semua tokohnya sudah masuk dalam taraf sakit jiwa. Ekspresi musico-dramatic Berg atas situasi manusia yang di bawah kenormalan itu hanya cocok diungkapkan dalam idiom Ekspresionisme, bukan dalam harmoni yang tradisional, melainkan atonalisme, disonan dan diskor. Dengan demikian bisa diartikan di sini bahwa musik ekpreionis itu memiliki kemampuan untuk menyampaikan kegilaan-kegilaan dari tokoh dalam Wozzeck.

Itulah sebabnya, musik Wozzeck sama sekali atonal. Tetapi pada momen-momen akhir, musiknya tidak diduga malah berubah menjadi tonal. Dalam pandangan Berg, musik tonal itu melambangkan bagaimana Wozzeck dan Marie akhirnya menemukan kedamaian, dan dalam kedamaian itu yang diartikan di dalam kematian. Hal ini terlihat secara aura-visual: musiknya yang bertempo larghetto dimainkan oleh orkestra setelah layar turun, dan musik invention-nya yang bertangga nada D minor menghadirkan sifat liris.

Pada dasarnya, Berg mengadaptasi drama Büchner secara ketat- ia hanya sedikit mengubah hal-hal tertentu. Ia membagi setiap babak ke dala substruktur yang berbupa bentuk musik abad - 18 seperti toccata, fuga, suita, atau passacaglia. Opera Berg ini terdiri dari tiga babak dengan lima adegan-adegan pendeknya. Interlude orkestra di antara adegan, saat layar turun, menjadi narator bagi drama. Adegan-adegan pendek karya Büchner bisa menimbulkan kesulitan di panggung drama, tetapi di dalam musik, transisi musik di dapam opera menambahkan kekuatan emotid ke dalam ide atau pikiran yang tak terkatakan.

Bentuk musik dalam setiap adegannya memiliki karakter ekspresif yang dapat diindetifikasikan dengan keadaan psikologis yang tertentu : bentuk fuga dan passacaglia cenderung menyampaikan sesuatu yang sifatnya intelektual dan terpelajar, scherzo : tarian ; gerakan lambat dari sonata : emosi yang dalam dan mencekam. Musik Wozzeck sama sekali menyerap teks; musik itu menjadi pusat perhatian. Sebab orkestra merefleksikan setiap detail drama.

Schonberg menyarankan penggunaan “Sprechgesang” (speech-song) untuk dialognya. Tetapi banyak dialog di dalam Wozzeck yang menggunakan “Sprechgesang” (song speech). Sprechgesang adalah sebuah teknik menghasilkan nyanyian yang berkedudukan antara gaya menyanyi dan gaya berbicara, dengan keterikatan yang kuat pada ritme musik dan infleksi dalam bahasa, bukan keterikatan pada pitch.

Wednesday, December 4, 2013

Friday, December 13th, 2013

[caption id="" align="alignleft" width="482"] Celebration Dreams 30[/caption]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"A Celebration of Dreams"

In Jubilee of YMJ's 30th Anniversary

Friday, 13 December 2013, 7pm
Goethehaus - Jl. Samratulangi No. 9-15 Menteng, Jakarta Pusat 

Featuring:
Dr. Kuei Pin Yeo, piano
Jap Tji Kien, violin
With
The National Symphony Orchestra of Indonesia (OSNI)
Gabriel Laufer, conductor

Program:
Rachmaninoff Piano Concerto No. 2
Beethoven Violin Concerto

Tickets:

Gold Rp. 500.000
Silver Rp. 250.000
YMJ Student Rp. 100.000

Reservations:
Procedureticketing@yayasanmusikjakarta.org

Contact:
(021) 5389148/50

Monday, December 2, 2013

Mitos Orfeus

[caption id="" align="alignleft" width="399"] Orpheus Euridice[/caption]

Mitos Yunani Kuno Orfeus adalah sebuah drama mengenai seorang musikus dan kekuatan lagunya. Dalam versi dramawan Ovid, tokoh utamanya adalah Orfeus, seorang pemain lira yang kemampuan bermain liranya dapat menyihir alam.

Dikisahkan bahwa Orfeus dan Euridice akan melangsungkan pernikahannya. Tetapi belum sempat mereka melangsungkan sebuah perkawinan itu, Euridice mati dikarenakan gigitan ular berbisa. Dalam keadaan Orfeus memasuki “dunia bawah” untuk mencari roh Euridice. Lagu-lagu yang dimainkan oleh Orfeus berhasil memukau para dewa yang berada di sana. Dikarenakan terpukau oleh Orfeus, para dewa memberikan kesempatan untuk membawa kembali roh Euridice dari “dunia bawah” kembali ke “dunia atas”. Dewa mengajukan syarat kepada Orfeus, dalam melakukan perjalanan kembali dari “dunia bawah” kembali ke “dunia atas”, Orfeus tidak diizinkan untuk menolehkan kepalanya ke belakang dan memandang Euridice hingga nanti sampai di “dunia atas”.

Karena takut Euridice tersesat dan kehilangan untuk kedua kalinya, Orfeus memberanikan diri menoleh ke belakang. Karena melanggar apa yang menjadi syarat dewa, maka Euridice hilang ke dalam kegelapan. Usahanya menyelamatkan Euridice dihalangi oleh kekuatan-kekuatan hitam. Kehilangan Euridice untuk yang kedua kalinya membuat Orfeus menjadi sangat sedih, dan melakukan sumpah atas cintanya kepada Euridice. Hal ini membuat Bacchus marah, yang berakhibat pada kematian Orfeus.

Setelah kematian Orfeus, alam bersedih hati. Dedaunan rontok dari pohonnya dan sungai yang dipenuhi oleh air mata. Tetapi lira Orfeus tetap bernyanyi saat lita itu hanyut di sungai menuju laut. Foebus (Apolo), ayah Orfeus, menempatkan lira yang bernyanyi itu menjadi bintang sebagai penghormatan atas anaknya.

Angiolo Poliziano, seorang dramawan Renaisans pada akhir abad ke-15 membuat versi baru atas kisah Ovid tersebut. Drama yang barunya itu ia sebut  “Favolo d’Orfeo” (Fabel tentang Orfeus). Drama itu barangkali merupakan drama pertama yang ditulis dalam bahasa Italia.

Mitos Orfeus mewakili gambaran tingginya nilai cinta dalam kehidupan manusia. Di tangan Poliziano, ia menjadi kisah klasik tentang bagaimana musik menjadi suatu hakekat yang harus direalisir, bukan sekedar incidental music; dengan demikian, di dalam drama tersebut musik menjadi suatu kekuatan tersendiri yang berhadapan dengan kekuatan-kekuatan hebat lainnya.

Peri mengadaptasi kisah Poliziano; operanya disebut Euridice (1600). Dalam kisah Peri, Euridice berhasil kembali ke “dunia atas”. Teks Peri di-set ke musik monofonis yang sederhana, “recitar cantando”- declamatory style of speech-song

KOMPONIS BESAR OPERA PERTAMA : MONTEVERDI

Claudio Monteverdi (1567-1643) menggubah opera dengan mengikuti arahan garis besar dari Camerata. Ia dikenal sebagai seorang ahli musik polifoni. Ia didorong untuk bereksperimen dengan mengolah musik monofonis; di sini ia berkeputusan menggubah musik berdasarkan mitos Orfeus itu.

Karyanya, L’Orfeo, Favola in Musica, dipertunjukkan pertama kalinya di kota Mantua pada tahun 1607. Menurut cerita Monteverdi, Orfeus adalah seorang manusia yang mampu melawan kehendak dewa-dewa melalu musik. Selain itu, Orfeus juga merupakan seorang kekasih yang memiliki cinta yang begitu dalam sehingga berani menghadapi kematian demi mendapatkan cintanya kembali.

Orfeo karya Monteverdi ini menjadi contoh bentuk musik Renaisans yang telah punah di mana komponis berusaha mengadaptasi dan mengembangkan madrigal dan pastoral. Walaupun Orfeo masih merupakan opera yang bersifat embrionik, tetapi Monteverdi berhasil menangkap esensi drama musik dan menerjemahkan emosi tokoh di dalam musik. Monteverdi menjadi pionir pula di dalam instrumentasi dramatis. Ia memperluas kemampuan orkestra.

Wednesday, November 27, 2013

Different Wood Different Sounds (Latar Belakang Penulisan)

Different Wood Different Sounds

Violin atau yang kita lebih kenal dengan sebutan Biola dalam bahasa Indonesia adalah salah satu dari alat musik khas dari Eropa. Biola termasuk dalam alat musik berdawai yang teridiri dari 4 senar dan dimainkan dengan cara digesek menggunakan busur.

Alat musik ini sudah tidak asing lagi di Indonesia. Beberapa jenis musik di Indonesia sudah menggunakan alat musik ini untuk komposisi lagu-lagu tersebut bahkan pada musik-musik daerah di Indonesia. Karena perkembangan alat musik ini di Indonesia, maka Indonesia mulai membuat alat musik tersebut.

Tetapi sangat disayangkan, karena sebagian besar pembuatan alat musik tersebut mereka tidak melewati pendidikan yang dikhususkan untuk membuat alat musik. Karena tidak ada tempat belajar yang memberikan pengajaran khusus untuk pembuatan instrument. Dengan kreatif mereka membuat alat musik tersebut menggunakan pengetahuan yang sekedarnya dan dalam proses otodidak.

Dengan alasan ekonomis para pembuat biola di Indonesia mengesampingkan jenis kayu yang seharusnya digunakan untuk membuat biola yang membuat suara yang dikeluarkan oleh biola menjadi sangat tipis.  Karena jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan biola sangat berpengaruh penting dengan suara yang dihasilkan. Bahkan tidak hanya jenis kayu, umur pada jenis kayu pun sangat mempengaruhi kualitas dari suara tersebut.

Sering kita temui biola-biola dijual di toko buku. Biola tersebut juga memiliki kesamaan dengan biola buatan Indonesia yang mengesampingkan suara yang dihasilkan ditambah lagi tidak seharusnya biola dibuat dengan cara pabrikan (masal).

Dan dalam penulisan saya kali ini, saya akan membahas pentingnya pemilihan kayu dalam pembuatan alat musik tersebut. Sesuai dengan judul yang saya berikan “Different Wood Different Sounds” yang memberikan gambaran secara jelas dalam jenis kayu yang sangat memberikan efek berbeda dalam suara yang dihasilkan oleh biola tersebut. Dan jenis kayu yang tepat dalam pembuatan biola.

Awal Mula Opera



TENTANG ISTILAH

Kata “opera” berasal dari bahasa Latin, opera, yang merupakan bentuk jamak dari opus (“karya”). Kata opera dalam bahasa Jerman adalah Oper; sedangkan dalam bahasa perancis: opéra.

ASAL USUL

Dalam bentuk idealnya, opera itu merupakan sebuah bentuk seni yang secara keseluruhannya dinyanyikan, dengan tujuan utamanya adalah mencapai kesempurnaan melalui integrasi antara kata-kata dan musik. Dalam proses itu, ada perkembangan-perkembangan: ada opera yang seluruhnya dinyanyikan, sementara ada pula opera yang sejumlah lagunya dipisahkan oleh dialog diucapkan.

Dalam sejarah perkembangannya, fokus para pembaharu di dalam opera adalah mencari ideal yang sifatnya musico-dramatic. Pada awal sejarahnya, drama dan action di dalamnya adalah sekedar sebagai alat bagi komponis untuk memamerkan kecanggihannya dalam hal pengolahan musik vokal dan instrumental. Oleh sebab itulah ada ungkapan : “Prima la musica e poi le parole” (“pertama-tama adalah musik, selanjutnya adalah kata”)

PERKEMBANGAN OPERA

Opera adalah sebuah bentuk teatrikal yang menggabungkan kata-kata dan musik. Ia berasal dari Yunani Kuno; asal-usulnya adalah dari drama-drama karya Aeschyulus, Sophocles dan Euripides. Drama-drama itu dipertunjukkan di amfiteater dalam drama-drama itu digabungkan unsur-unsur musik dimana sebuah paduan suara mengiringi adegan atau memberi komentar dalam rangka untuk menekankan unsur-unsur kisah yang sedang berlangsung. Drama itu dikembangkan lebih lanjut dengan suara tunggal yang menyanyikan kata-kata single syllable dan single pitch, tetapi diiringi oleh musik. Tradisi menggabungkan musik sebagai bagian dari teater terus berlanjut pada masa Romawi Kuno.

Perkembangan opera agak terhenti setelah berkuasanya Gereja Katolik di Abad Pertengahan. Hal ini disebabkan karena gereja, di satu sisi menggunakan musik dalam ibadahnya, tetapi di sisi yang lain membatasi sejumlah musik karena dianggap sebagai bagian dari kebudayaan kaum pagan. Jadi jikalau ada musik yang agak berhubungan dengan opera, bentuknya sangat terbatas. Ini hanya ditemukan di dalam pastoral dan madrigal.

Yang disebut dengan madrigal adalah sebuah karya paduan suara yang sifatnya sangat dramatis dan harmoninya kompleks; madrigal menghadirkan sebuah bentuk word-painting dimana musik yang memiliki aksen dan dinamik memberi penekanan pada makna kata-kata. Sedangkan yang disebut dengan pastoral adalah genre musik Renaisans yang mana puisi atau drama diberi iringan musik.

CAMERATA

Akar-akar opera modern muncul pertama kali di Italia pada abad ke-17. Munculnya adalah di kota Florenzia, dimana sejumlah intelektual berkumpul di ruang milik Count Bardi. Mereka membentuk yang disebut dengan “Camerata”.

Camerata melihat adanya kekuatan emotif dari musik ketika digabungkan dengan kata-kata. Itulah sebabnya kemudian mereka merestorasi dan menciptakan kembali ideal dari drama Yunani Kuno: dialog-dialog yang dinyanyikan dan paduan suara yang diiringi oleh alat musik. Pada dasarnya mereka menerjemahkan apa yang telah dikatakan oleh Plato dan Aristoteles; Plato mengatakan bahwa dalam drama, lagu berkedudukan di atas dialog. Sedangkan Aristoteles mengatakan bahwa dalam drama, kata-kata diperindah oleh musik.

Dalam men-setting drama ke musik, Camerata mengadaptasi genre dan bentuk musik yang sudah ada: madrigal dan pastoral. Untuk mencapai tujuan ini pula, mereka mengembangkan apa itu yang disebut dengan “stile rapresentativo”.

Resitatif menjadi struktur penghubung antar karya seperti antara paduan suara bergaya madrigal dan paduan suara bergaya pastoral, atau antara interlud balet dan interlud orkestral. Resitatif itu menjadi sarana untuk menyampaikan narasi, tetapi ia juga dapat menyampaikan ekspresi individu yang bersifat refleksif atau pun emosional. Resitatif yang awal adalah arioso – sebuah pasase musik yang bercampur antara resitatif dan lagu.

Thursday, September 19, 2013

Hasil Karya Ludwig van Beethoven

Hasil Karya dari Ludwig van Beethoven

- Beethoven's Letters 1790-1826, Volume 1 (English) (as Author)

- Beethoven's Letters 1790-1826, Volume 2 (English) (as Author)

- Beethoven, the Man and the Artist, as Revealed in His Own Words (English) (as Author)

- Beethoven, the Man and the Artist, as Revealed in His Own Words (English) (as Author)

- Große Fuge in B flat major Opus 133 () (as Author)

- Minuet in G flat major and Valse Bluette () (as Author)

- Piano Sonata No. 14 in C sharp minor "Moonlight" () (as Author)

- String Quartet No. 01 in F major Opus 18 () (as Author)

- String Quartet No. 02 in G major Opus 18 () (as Author)

- String Quartet No. 03 in D major Opus 18 () (as Author)

- String Quartet No. 04 in C minor Opus 18 () (as Author)

- String Quartet No. 05 in a major Opus 18 () (as Author)

- String Quartet No. 06 in B flat major Opus 18 () (as Author)

- String Quartet No. 07 in F major Opus 59 () (as Author)

- String Quartet No. 08 in E minor Opus 59 () (as Author)

- String Quartet No. 09 in C major Opus 59 () (as Author)

- String Quartet No. 10 in E flat major Opus 74 "Harp" () (as Author)

- String Quartet No. 11 in F minor Opus 95 "Serioso" () (as Author)

- String Quartet No. 12 in E flat major Opus 127 () (as Author)

- String Quartet No. 13 in B flat major Opus 130 () (as Author)

- String Quartet No. 14 in C-sharp minor Opus 131 () (as Author)

- String Quartet No. 15 in A minor Opus 132 () (as Author)

- String Quartet No. 16 in F major Opus 135 () (as Author)

 

- Symphony No. 2 in D Mayor Opus 36 () (as Author)

Simfoni No. 2 dan proses pembuatannya dianggap sebagai saksi penting kemelut yang dihadapi Beethoven. Ia mulai membuat karya itu, saat sudah jelas bahwa pendengarannya semakin berkurang. Selain itu diperkirakan, simfoni ini juga memiliki kaitan dengan apa yang disebut "Heiligenstädter Testament", yang ditulis Beethoven musim gugur 1802. "Heiligenstädter Testament" adalah surat yang ditulis Beethoven saat berada di tempat permandian dan sumber air di Heiligenstadt, untuk mendapatkan perawatan bagi Otosklerosis yang dideritanya. Dalam surat itu Beethoven menuangkan keputusasaan akan pendengarannya yang semakin terganggu. Tetapi saat surat itu ditulis, Simfoni No. 2 sudah hampir selesai. Meskipun ada kaitan dengan kesulitan yang dihadapinya, Simfoni No. 2 penuh dengan pernyataan positif yang dituangkan dalam rangkaian nada. Sehingga Beethoven kemungkinan besar tetap berharap akan sembuh. Hal itu juga dikatakan sang komponis dalam surat kepada teman sekolahnya Franz Gerhard Wegeler, yang ditulis saat mengerjakan komposisi itu: "Saya akan menggenggam takdir di batang lehernya. Nasib pasti tidak akan pernah berhasil menaklukkan saya."

 

- Symphony No. 3 in Es-Mayor Opus 55 () (as Author)

Pada tahun 1805 menggubah Symphony No. 3 in Eb ‘Eroica’, Op. 55. Menurut temannya, Ferdinand Ries, Beethoven merobek judul asli simfoni yang didekasikan untuk Napoleon Bonaparte itu. Beethoven sangat marah setelah tahu bahwa Napoleon mengumumkan dirinya menjadi kaisar Perancis. Beethoven mengubah judul simfoni asli ini, ‘Bonaparte’ dan menulis ‘Sinfonia Eroica…composta per festiggiare il sovvenire de un grand’ uomo’ yang berarti ‘Simfoni eroika, ditulis untuk mengenang seseorang yang agung’.

 

Tulisan ‘Sinfonia Grande intitolata Bonaparte del Sigre’ yang terdapat pada kopi manuskrip simfoni yang pertama dan kedua dihapus Beethoven secara paksa dan meninggalkan bekas lubang. Namun, kemarahan Beethoven hanya sebentar karena beberapa bulan setelah penobatan Napoleon, Beethoven mengirim surat pada Breitkopf & Härtel ‘titel simfoni itu sebenarnya Bonaparte’ dan pada tahun 1810 dia menulis bahwa ‘misa ini mungkin bisa juga didekasikan untuk Napoleon’. Simfoni tersebut dipentaskan di kediaman Pangeran Lobkowitz pada akhir tahun 1804.

 

Karya ini juga dikenal dengan nama "Eroica". Dimainkan untuk pertama kalinya bagi masyarakat umum tanggal 15 Januari 1805. Tetapi setahun sebelumnya, karya ini sudah dimainkan di istana bangsawan Lobkowitz yang kerap membiayai Beethoven. Bagi kritikus di masanya, karya itu dari segi teknik dan formal sangat rumit. Komposisi itu dianggap memiliki ide besar dan berani, tetapi untuk masa itu Simfoni No. 3 terutama dianggap terlalu panjang. Hubungan dengan Napoleon pertama-tama diberikan oleh Beethoven sendiri. Namun ia kemudian melupakan ide itu dan judul sampingan karya ini hanya: "Simfonia Eroica, ingatan untuk seorang tokoh besar".

 

- Symphony No. 5 in C minor Opus 67 () (as Author)

Komposisi ini adalah salah satu simfoni paling terkenal karya Beethoven, dan salah satu karya musik klasik yang paling populer. Simfoni No. 5 juga dikenal dengan nama "Simfoni Takdir". Tetapi nama ini tidak diberikan sang komponis, melainkan Anton Schindler yang pertama kali menulis biografi Beethoven, sehingga sekarang kebanyakan tidak digunakan lagi.

 

Dalam interpretasi karya Beethoven yang berlangsung sampai abad ke 20, Simfoni No. 5 dianggap sebagai cerita tentang kekalahan dan kemenangan, tentang pertarungan nasib manusia yang berlangsung seumur hidup, juga tentang penderitaan dan pembebasan dari kesengsaraan, yang dituangkan dalam musik. Seperti halnya Simfoni No. 9 yang berakhir dengan "Ode an die Freude", Simfoni No. 5 juga memiliki ide dasar "per aspera ad astra", atau melalui kegelapan malam menuju cahaya, yang maknanya: melalui kesulitan untuk mencapai kebahagiaan. Itu dituangkan dalam penggunaan tangga nada c-minor dan c-mayor, yang menjadi dasar pemikiran kebudayaan Eropa.

 

Walaupun pemahaman simfoni karya Beethoven ini sekarang sudah agak berubah, Simfoni No. 5, seperti halnya No. 3 dan No. 9 berpengaruh besar bagi karya klasik abad 19. Misalnya dalam karya-karya Johannes Brahms, Pyotr Ilyich Tchaikovsky, Anton Bruckner dan Gustav Mahler. Selain itu, karya Beethoven ini juga mampu menarik perhatian baik penggemar musik klasik maupun orang yang kurang memperhatikan jenis musik ini. Dan itu bukan hanya karena motif awalnya, yang memiliki kekuatan ritme besar melalui permainan semua alat musik gesek, yang melantunkan melodi yang sama atau unisono.

 

- Symphony No. 6 in F Mayor Opus 68 () (as Author)

Simfoni No. 6 atau juga dikenal sebagai "Pastorale" selesai komposisinya tahun 1807 dan 1808. Pada saat bersamaan Beethoven juga membuat Simfoni No. 5. Kabarnya Simfoni No. 6 dibuat di daerah bernama Nußdorf dan Grinzing yang dulu menjadi daerah pinggiran kota Wina. Di antara kedua daerah itu mengalir sungai Schreiberbach. Menurut penulis biografi Beethoven, Anton Schindler di sinilah tempat sang komponis menulis bagian kedua Simfoni No. 6 yang berjudul "Szene am Bach" atau adegan di tepi sungai. Tetapi menurut peneliti Beethoven, Barry Cooper, bagian kedua itu dibuat di daerah Dornbach. Dan ini dapat dibuktikan melalui sejumlah catatan Beethoven.

 

Simfoni No. 5 dan 6 dipertunjukkan pertama kali dalam konser selama empat jam tanggal 22 Desember 1808, di bawah pimpinan Beethoven sendiri. Konser itu diadakan di gedung pertunjukan "Theater an der Wien". Beehoven mempersembahkan Simfoni No. 6 bagi bangsawan Franz Joseph von Lobkowitz dan bangsawan dari Rusia Rasumovskij.

 

Dasar karyanya ini, yang kemudian mempengaruhi komponis lainnya, adalah kesan-kesan yang didapat seorang penduduk kota yang pergi ke daerah pedesaan dan melihat alam. Pada partiturnya Beethoven menambahkan keterangan: karya ini lebih berupa tampilan perasaan dan bukan penggambaran keadaan. Namun demikian, dengan sejumlah instrumen sang komponis meniru suara burung-burung, langkah pengelana, suara air yang bergemericik, juga suara guntur dan badai.

 

Bagian satu hingga lima dalam Simfoni No. 6 masing-masing mempunyai judul yang menunjukkan suasana yang harus ditimbulkan jika musik dimainkan. Bagian satu berjudul: bangkitnya perasaan riang saat tiba di daerah pedesaan. Bagian kedua: adegan di tepi sungai. Yang ketiga: pertemuan penduduk desa yang gembira. Judul bagian keempat: guntur dan badai, dan yang terakhir: nyanyian penggembala, perasaan senang dan bersyukur setelah badai berlalu.

 

- Symphony No. 9 in D Minor Opus 125 () (as Author)

Karya Ludwig van Beethoven ini adalah simfoni terakhir yang selesai dibuat. Diperdengarkan untuk pertama kalinya kepada masyarakat umum tanggal 7 Mei 1824 di gedung pertunjukan Kärntnertortheater. Karya ini mempengaruhi seluruh musik di masa Romantik (abad ke-19) hingga jaman modern. Selain itu komposisi Beethoven ini juga menjadi karya puncak dari seluruh simfoni. Ini juga karya musik klasik yang paling terkenal di seluruh dunia.

 

Untuk pertama kalinya dalam sejarah simfoni, karya ini memerlukan solis dan paduan suara yang bernyanyi di bagian akhir komposisi. Sebagai kata-katanya Beethoven memilih puisi karya Friedrich Schiller, "An die Freude", yang dimulai dengan kalimat terkenal "Freude, schöner Götterfunken", yang berarti: kesenangan, cahaya ilahi yang indah. Melodinya dikenal di Indonesia melalui lagu berjudul "Song of Joy". Tahun 1972 tema utama bagian terakhir Simfoni No. 9 menjadi Himne Eropa, dan tahun 1985 melodi ini resmi menjadi Himne Uni Eropa.

 

Puisi karya Friedrich Schiller "An die Freude" untuk pertama kali diterbitkan tahun 1786. Segera setelah itu Beethoven mulai mempertimbangkan untuk menuangkan puisi itu ke dalam melodi. Saat itu Beethoven sudah tinggal di Wina. Catatan pertama untuk Simfoni No. 9 mulai ditulis tahun 1815. Sementara penyelesaian akhirnya baru tahun 1824. Bagian keempat atau yang terakhir, yang memuat puisi Schiller diselesaikan Beethoven saat bertempat tinggal di apartemen di jalan Ungargasse no. 5, di Wina. Oleh sebab itu Wina dianggap tempat kelahiran Himne Eropa.

Ludwig van Beethoven - Part 2

- Faktor Penyebab Ketulian

Para ahli sejarah dan ilmuwan berpendapat bahwa penyebab ketulian Beethoven dikarenakan banyak kemungkinan, seperti:

efek samping dari obat dan antibiotik; pukulan di kepala dari ayahnya yang pemabuk. Sang ayah, yang dalam keadaan mabuk sepulang dari bar, akan membangunkan Beethoven kecil setiap malam untuk memainkan piano sampai pagi. Setiap Beethoven melakukan kesalahan atau memejamkan kelopak matanya yang berat, sang ayah memukul kepalanya. Beethoven memiliki kebiasaan membenamkan kepalanya ke dalam air dingin setiap malam agar tetap terjaga demi menulis komposisi musiknya.

- Mulainya Masa Kemuraman

Pada tahun 1802, Beethoven keluar dari kemuramannya. Dia melanjutkan membuat komposisi. Pada tahun 1803 dia mementaskan Piano Concerto in Eb Major, Op. 37 dan tampil sebagai solois. Pada tahun yang sama Beethoven juga memainkan Violin Sonata Op. 47 miliknya dengan violinis virtuoso George Polgreen Bridgetower (1799-1860) dan mempersembahkan karya tersebut kepada Rudolph Kreutzer.

- Gaya komposisi baru

Dengan simfoni Eroica, Beethoven memperlihatkan sikap yang mau berjuang dari masa depresinya dan tak mau kalah oleh penyakit. Menurut Carl Czerny, muridnya, Beethoven mencoba gaya komposisi baru sewaktu mengerjakan tiga sonata piano, Op. 31. Hasilnya terlihat pada tiga sonata miliknya, Piano Sonata in C Major ‘Waldstein’, Op. 53, Piano Sonata in F Major, Op. 54, dan Piano Sonata in F Minor ‘Appasionata’, Op. 57. Tapi, Beethoven pernah mengomel pada Czerny bahwa dia agak kesal karena publik hanya menyukai ‘Moonlight’ sonata miliknya padahal dia bisa menciptakan lagu-lagu yang lebih bagus dari lagu itu.

Simfoni kelima Beethoven dianggap sebagai simfoni yang memulai gaya baru. Pada simfoni ini, terdapat tempo nada yang seperti mars. Hal ini tak pernah terjadi pada masa-masa sebelum Beethoven.

- Pentas opera Fidelio

Pada tahun 1805, sebuah teater mementaskan opera milik Beethoven, Fidelio, yang memiliki judul asli Leonore. Namun, pementasan ini tak berhasil karena pada beberapa hari sebelumnya, Wina ditaklukkan oleh Napoleon. Fidelio direvisi oleh Beethoven dua kali, tahun 1806 dan 1814. Beethoven juga menciptakan empat overture untuk Fidelio yang diberi judul Overture Leonore no. 1, 2, dan 3. Overture ke-4 diberi nama Overture Fidelio.

Sesungguhnya Beethoven belum memiliki pendapatan tetap. Dia baru menerima honor setelah menyelesaikan pesanan musik atau ada karyanya yang diterbitkan. Pada 22 Desember 1808, Beethoven mengadakan konser untuk mencari dana di teater Wina. Konser ini menampilkan banyak karya Beethoven yang terbaru, antara lain Symphony No. 5 in C Minor, Op. 67 dan Symphony No. 6 in F Major, Op. 68, konserto piano no. 4, dan Fantasien, Op. 80. Konser ini belum diketahui kesuksesannya dari segi keuangan.

- Jatuhnya Popularitas Ludwig Van Beethoven

Pada tahun 1811, Beethoven semakin depresi pada masa sulit ini. Terutama karena ia tak berhasil mendapat jodoh. Salah satu wanita yang ia pinang adalah Countess Therese Malfatti namun ia ditolak. Beethoven juga mengalami krisis keuangan karena terjadi penurunan mata uang kertas di Wina.

Harga uang menjadi seperlima dari mata uang terbaru. Beethoven juga mengalami perselisihan dengan adiknya, Johann. Namun, Beethoven mulai mengerjakan Symphony No. 7 in A Major, Op. 92 dan selesai pada awal 1812.

Pada musim semi tahun 1812, Beethoven berkunjung ke spa di Teplitz dan bertemu dengan Johann Wolfgang von Goethe, salah satu orang yang paling ia kagumi semenjak masa kecilnya.

Pada tanggal 8 Desember 1813, Beethoven membuat simfoni ‘perang’ berjudul Wellington’s Victory. Beberapa komponis terkenal seperti Hummel, Mayseder, Moscheles, dan Salieri ikut ambil bagian pada pementasan simfoni ini.

- Konser Besar

Pada tanggal 29 November 1814, Beethoven mementaskan Fidelio yang sukses besar. Sebagian besar anggota kongres Wina ikut menonton opera ini. Pada tahun 1817, Beethoven keluar dari depresi dan kemurungannya.

Hal ini terlihat dengan saat dia membuat Piano Sonata in A Major, Op. 101. Pada tahun 1817, Beethoven menggubah beberapa komposisi untuk seorang penulis Inggris, Richard Ford. Namun, karya-karya ini tak pernah diketahui sampai ditemukan di Inggris pada tahun 1999. Selain itu, Beethoven juga mulai merencanakan untuk menggubah piano sonata-nya yang paling revolusioner, Piano Sonata in Bb 'Hammerklavier', Op. 106.

Pada tahun 1822, Beethoven menggubah Missa Solemnis untuk penobatan Pangeran Rudolph sebagai uskup di Olomouc pada tahun 1819. Beethoven juga memulai rancangan simfoni ke-9-nya. Pada 7 Mei 1824, Beethoven mementaskan Missa Solemnis beserta Simfoni ke-9 di Wina. Konser ini sukses besar. Tapi ada berita yang mengatakan bahwa Beethoven tidak sadar kalau konsernya telah selesai dan terus membaca partitur.

Caroline Unger, salah satu solois alto dalam simfoni tersebut harus menarik baju Beethoven agar dia mau berbalik dan melihat ke arah penonton yang bertepuk tangan dengan meriah.

- Missa Solemnis

Pada tahun 1822, Beethoven menggubah Missa Solemnis untuk penobatan Pangeran Rudolph sebagai uskup di Olomouc pada tahun 1819. Beethoven juga memulai rancangan simfoni ke-9-nya.

Simfoni ini terdiri dari empat gerakan (movement), yang masing-masing adalah:

Allegro ma non troppo, un poco maestoso

Molto vivace

Adagio molto e cantabile

Presto/resitatif - Allegro ma non troppo/resitatif - Vivace/resitatif - Adagio cantabile/resitatif - Allegro assai/resitatif - Presto/recitative: "O Freunde" - Allegro assai: "Freude, schöner Götterfunken" - Alla marcia - Allegro assai vivace: "Froh, wie seine Sonnen" - Andante maestoso: "Seid umschlungen, Millionen!" - Adagio ma non troppo, ma divoto: "Ihr, stürzt nieder" - Allegro energico, sempre ben marcato: "Freude, schöner Götterfunken" / "Seid umschlungen, Millionen!" - Allegro ma non tanto: "Freude, Tochter aus Elysium!" - Prestissimo: "Seid umschlungen, Millionen!"

- Beethoven di masa tua

Pada 7 Mei 1824, Beethoven mementaskan Missa Solemnis beserta Simfoni ke-9 di Wina. Konser ini sukses besar. Tapi ada berita yang mengatakan bahwa Beethoven tidak sadar kalau konsernya telah selesai dan terus membaca partitur. Caroline Unger, salah satu solois alto dalam simfoni tersebut harus menarik baju Beethoven agar dia mau berbalik dan melihat ke arah penonton yang bertepuk tangan dengan meriah.

Pada tahun 1826, Beethoven menderita demam tinggi yang ternyata disebabkan oleh sakit ginjal. Penyakitnya tak tertolong dan dia meninggal pada 26 Maret 1827.

 

Naskah Karya

Beethoven benar-benar seorang pencipta orisinal yang jempolan dan banyak perubahan-perubahan yang dilakukan dan diperkenalkannya mempunyai pengaruh yang abadi. Dia memperluas ukuran sebuah orkestra. Dia menambah panjangnya simfoni dan memperluas daya jangkaunya. Dengan mendemonstrasikan kemungkinan yang hampir tak terbatas yang bisa dihasilkan oleh piano, dia membantu menjadikan piano itu instrumen musik yang paling terkemuka. Beethoven membuka babak transisi dari musik klasik ke musik bergaya romantik dan karyanya merupakan sumber ilham untuk gaya romantik.

Dia menanamkan daya pengaruh yang menghunjam pada diri komponis-komponis yang muncul belakangan, termasuk tokoh-tokoh yang memiliki gaya berbeda seperti Brahms, Wagner, Schubert dan Tchaikovsky. Dia juga merintis jalan buat Berlioz, Gustav Mahler, Richard Strauss dan banyak lagi lainnya.

Wednesday, September 18, 2013

Ludwig van Beethoven - Part 1

Ludwig van Beethoven (dibaptis 17 Desember 1770 di Bonn, wafat 26 Maret 1827 di Wina) adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman. Karyanya yang terkenal adalah simfoni kelima dan kesembilan, dan juga lagu piano Für Elise.

Ia dipandang sebagai salah satu komponis yang terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik. Semasa muda, ia adalah pianis yang berbakat, populer di antara orang-orang penting dan kaya di Wina, Austria, tempatnya tinggal. Namun, pada tahun 1801, ia mulai menjadi tuli.

Ketuliannya semakin parah dan pada 1817 ia menjadi tuli sepenuhnya. Meskipun ia tak lagi bisa bermain dalam konser, ia terus mencipta musik, dan pada masa ini mencipta sebagian karya-karyanya yang terbesar. Ia menjalani sisa hidupnya di Wina dan tak pernah menikah.

 

Sejarah Kehidupan

- Keluarga Ludwig Van Beethoven

Kakek Beethoven, Ludwig Louis van Beethoven (1712-1773) bertugas sebagai penyanyi di kapel istana Bonn. Ayahnya, Johann van Beethoven (1740-1792) bekerja sebagai penyanyi tenor untuk pangeran Bonn (dari tahun 1752). Ibunya bernama Maria Magdalena Keverich (1767-1787). Johann van Beethoven memaksa anaknya latihan piano berjam-jam karena menginginkan anaknya menjadi 'anak ajaib' seperti Mozart. Beethoven mengadakan konser pertamanya pada tanggal 26 Maret 1778 tapi kepandaiannya tak setara dengan Mozart pada usia yang sama.

 

- Masa muda Ludwing Van Beethoven

Guru komposisi pertama Beethoven adalah Christian Gottlob Neefe (1748-1798). Neefe yang melihat bakat musik Beethoven mengajari Beethoven memainkan komposisi-komposisi milik Bach dan cara berimprovisasi, dia juga membantu Beethoven menerbitkan karya pertamanya (1783). Dalam sebuah majalah musik, Neefe menulis bahwa Beethoven bisa menjadi ‘Mozart’ yang kedua seandainya ia meneruskan karirnya.

 

- Beethoven pada usia 13 tahun

Pangeran Bonn, Franz Xaver Stelker menunjuk Beethoven sebagai wakil Neefe dalam bermain organ dan harpsikord. Pada 1783, Beethoven menerbitkan tiga sonata yang didekasikan kepada Pangeran Franz, tapi karena ia belum mendapatkan gaji dari pekerjaannya, Beethoven meminta untuk menjadi wakil Neefe secara resmi. Permohonan ini dikabulkan pada tahun 1784. Pada 1785, Beethoven menggubah tiga trio piano untuk pangeran namun karya ini tak diterbitkan sampai Beethoven meninggal. Pada saat yang sama, Beethoven belajar musik pada Franz Ries.

Pada 1787, Beethoven pergi ke Wina atas perintah Pangeran. Di sana ia bertemu dengan Mozart dan memainkan piano di depannya. Mozart sangat kagum dengan Beethoven dan dia mengatakan bahwa Beethoven bisa menjadi musikus besar pada masa depan nanti. Kunjungan Beethoven hanya sementara karena uangnya habis, dia juga dipanggil pulang ke Bonn karena ibunya sakit parah akibat TBC, yang kemudian merenggut nyawanya pada 17 Juli 1787.

Beethoven terbeban mengurusi kedua adiknya yang masih kecil. Karena ayahnya pemabuk dan menghambur-hamburkan uang untuk alkohol, Beethoven meminta agar gaji ayahnya diberikan kepadanya. Beethoven mendapat penghasilan tetap dengan memberi les piano kepada keluarga bangsawan.

 

- Ludwig Van Beethoven Berguru kepada Haydn

Pada 1792, Joseph Haydn sedang menetap di Wina untuk sementara dalam perjalanannya menuju London. Pangeran Waldstein, salah satu teman dekat Beethoven berhasil membujuk Pangeran Franz untuk membiayai perjalanan Beethoven menuju Wina untuk belajar komposisi pada Haydn.

Pelajaran komposisi Beethoven pada Haydn tak berjalan dengan baik. Haydn memang guru yang ramah dan baik namun dia tak memberi banyak perhatian dan tidak mengoreksi tugasnya dengan teliti. Haydn menghargai Beethoven walau dia kurang mengerti ide-ide musiknya. Beethoven tanpa sepengetahuan Haydn belajar komposisi di bawah bimbingan Johann Schenk. Pangeran Franz memanggil Beethoven pulang ke Bonn tetapi Beethoven memilih untuk tinggal di Wina dan berkarir di sana sampai ia meninggal.

Pada saat Haydn pergi ke London pada awal 1794, Beethoven belajar komposisi pada Johann Georg Alberchtsberger dan Antonio Salieri. Beethoven memulai karirnya di Wina sebagai pianis. Pada Maret 1795, Beethoven membawakan Piano Concerto in Bb Major, Op. 19, dia juga mengadakan kunjungan ke Praha, Dresden, Leipzig, dan Berlin pada 1796.

 

- Awal Karir Ludwig Van Beethoven

Pada awal karirnya di Wina, Beethoven masih mendapat gaji dari Pangeran Franz, selain itu ia juga dibantu oleh beberapa bangsawan yang mendukungnya, antara lain Pangeran Carl von Lichnowsky. Beethoven mendedikasikan kepadanya salah satu sonata pianonya yang paling terkenal, Sonata in C Minor ‘Pathetique’, Op. 13. Masa awal Wina merupakan masa yang cukup produktif bagi Beethoven. Komposisi-komposisi yang ia gubah antara lain simfoni no. 1 dan 2, lima sonata piano termasuk ‘Moonlight’ sonata dan ‘Pastorale’ sonata, sonata biola keempat dan kelima (Op. 23 dan Op. 24), variasi cello pada Bei Mannern, welche Liebe fuhle milik Mozart, Quintet Op. 18, Septet in Eb Major, Op. 20, dan Quintet, Op. 29. Beethoven tidak hanya populer sebagai pianis virtuoso namun juga sebagai komponis. Murid-muridnya kebanyakan berasal dari keluarga aristokrat.

 

- Masa Ketulian Ludwig Van Beethoven

Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak. Tak pelak lagi gejala ini amat merisaukan si komponis muda. Tuli buat seorang pencipta musik betul-betul suatu malapetaka. Suatu ketika timbul keinginannya mau bunuh diri saja.

Tahun-tahun antara 1802-1815 sering dianggap masa pertengahan karier Beethoven. Pada masa istirahat itu, akibat ketuliannya menghebat, dia mulai mundur dari pergaulan masyarakat. Ketunarunguannya ini membuat orang punya kesan tidak yakin bahwa Beethoven memang betul-betul anti manusia, anti masyarakat, benci bergaul. Dia terlibat dengan percintaan yang kerap dengan gadis-gadis muda tetapi tampaknya semua hubungan ini berakhir tak bahagia dan tak pernah beristeri.

Karya musik Beethoven sendiri menggila produktifnya. Tahun-tahun terus berjalan namun perhatian yang diterimanya makin lama makin susut yang mestinya populer buat seorang komponis seperti dia di jaman itu. Tetapi, kesuksesannya menanjak terus.

Pada usia empat puluhan Beethoven menjadi seratus persen pekak. Akibatnya, dia tak pernah lagi tampil di muka umum dan semakin menjauhi masyarakat. Hasil karyanya semakin sedikit dan semakin sulit di fahami. Sejak itu dia mencipta terutama buat dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang punya ideal masa depan. Dia pernah bilang kepada seorang kritikus musik, "Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi untuk masa sesudahmu."

Ini merupakan ironi yang kejam dari sebuah nasib bahwa seorang komponis paling berbakat sepanjang jaman harus tertimpa musibah ketulian semacam itu. Kalau saja Beethoven dengan kekuatan tekad non-manusiawi -- dalam ketuliannya itu-- terus tetap menjaga mutu komposisi musiknya, ini akan merupakan hal yang memukau dan brilian.

Tetapi, kenyataan lebih mengherankan lagi ketimbang yang dibayangkan dalam masa tahun-tahun ketulian totalnya, Beethoven melakukan ciptaan tidak sekedar setaraf dengan apa yang dihasilkan sebelumnya, melainkan umumnya dianggap merupakan hasil karya terbesarnya. Dia meninggal di Wina tahun 1827 pada usia lima puluh tujuh tahun.

Fisiologi Musik


Pengertian fisiologi dijelaskan dalam kamus bahasa Indonesia yang berarti cabang biologi yg berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel); ilmu faal.  Sedangkan musik  merupakan 1ilmu seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan ; 2nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan.

Dan yang dimaksud dengan fisiologi musik adalah ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan dan memahami perilaku atau kejadian-kejadian yang terjadi hasil dari musik itu sendiri. Fisiologi musik cenderung berkembang di era modern ini. Salah satunya adalah musik yang digunakan dalam terapi atau biasa disebut dengan terapi musik.

Terapi musik dilakukan oleh seorang terapis yang memiliki latar belakang musik yang telah diakui yang menggunakan musik dan semua aspek – fisik, emosional, mental, sosial, estetika, dan spiritual untuk membantu pasien atau mempertahankan kesehatannya. Beberapa bagian di mana musik terapi dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif, keterampilan motorik, perkembangan emosional dan afektif, perilaku dan keterampilan sosial serta kualitas hidup.

Rangsangan yang diberikan oleh melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa sehingga terciptalah musik yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental pasien terapis yang mendengarkannya. Musik yang bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal yang membuat musik memiliki kelebihan. Dalam bentuk kehidupan kita dapat melihat proses-proses yang memiliki kesamaan dalam irama. Sebagai contoh adalah nafas kita, detak jantung, yang semuanya berulang dan memiliki irama.

Terapi musik bersifat universal dan dapat diterima oleh segala kalangan dikarenakan tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasikan alunan musik tersebut. Terapi musik sangat mudah diterima oleh organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengar disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi.

Ketika mendengarkan suatu alunan musik, seketika kita dapat merasakan efek dari lagu tersebut. Musik dapat membuat kita bergembira, sedih, terharu, merasakan kesunyian, memberikan semangat, dan membangkitkan kenangan-kenangan masa lalu, dan lainnya.

Pada dasarnya hampir semua jenis musik dapat digunakan untuk terapi musik. Tetapi dalam pemilihannya kita harus mengetahui pengaruh setiap jenis musik terhadap tubuh kita dan emosi. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda kepada tubuh dan pemikiran.  Dalam penggunaan terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan tujuan atau masalah yang ingin dicapai.

Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme dan harmoni. Beat mempengaruhi tubuh kita, ritme mempengaruhi jiwa dan harmoni mempengaruhi jiwa.

Sebagian contoh nyata yang menjelaskan beat sangat mempengaruhi tubuh terdapat pada konser musik rock. Dalam pertunjukan musik rock, kita dapat memperhatikan pemain dan pendengar akan menggerakan bagian pada tubuhnya. Bahkan untuk beberapa kasus cenderung lepas kontrol. Pada suatu ketika pemain melakukan head banger suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama musik rock yang cepat. Tubuh yang mengikuti seakan tanpa rasa lelah.

Jika hati dalam keadaan yang tidak baik beberapa pasien akan didengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan yang ditimbulkan akan membuat pasien menjadi lebih tenang dan rileks. Beberapa bagian negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu tersebut untuk membantu penyembuhan para pasien. Itu membuktikan, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa.

Fungsi harmoni juga mempengaruhi jiwa. Sebagai contoh saat menyaksikan film horor, selalu terdengar melodi yang menyayat hati, yang dapat membuat penonton menjadi merasa ketakutan. Di dalam meditasi, pendengar diberikan musik yang bersifat suara alam yang ada di sekelilingnya untuk memberikan ketenangan.

Terapi musik yang efektif menggunakan musik dengan komposisi yang tepat bagi pasien penderitanya. Komposisi yang menyesuaikan antara beat, ritme, dan harmoni. Jadi tidak tepat apabila memberikan komposisi yang tidak sesuai dengan tujuan dari pendengar tersebut.

Terapi musik pun bersinambungan dengan beberapa unsur musik lainnya, yaitu biomusicology, musical acoustics, music theory, psychoacoustics, embodied music cognition, aesthetic of music, dan comparative musicology.

Beberapa kegiatan tentang terapi musik sering ditemukan dalam komunikasi, keterampilan olah motorik bagi mereka yang berkebutuhan khusus, menulis lagu dan membangkitkan kenangan-kenangan, relaksasi, dan lainnya. Terapi musik juga dapat kita jumpai dalam pertolongan yang bersifat medis salah satunya di pusat kanker, sekolah, rehabilitasi, rumah sakit jiwa, dan sebagainya.

Musik digunakan sebagai pengobatan,salah satunya dalam pengobatan pasien yang menderita trauma. Sebaliknya musik juga dapat membangkitkan kenangan-kenangan yang bersifat trauma bagi beberapa personal maupun kelompok. Trauma akan musik yang terdapat dalam ingatan mereka.

Trauma diambil dari bahasa Yunani yang berarti luka (Cerney, dalam Pickett, 1998). Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami individu. Kejadian atau pengalaman yang traumatik akan dihayati secara berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, sehingga setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat menghadapi kejadian traumatik.

Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya (Lonergan, 1999). Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang mengalami shock baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stress atas kejadian traumatik tersebut.

Seringkali efek dari trauma tersebut baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau bahkan berminggu-minggu. Respon individual yang terjadi umumnya adalah perasaan takut, tidak berdaya, atau merasa ngeri. Gejala dan simtom yang muncul tergantung pada seberapa parah kejadian tersebut. Demikian pula cara individu menghadapi krisis tersebut akan tergantung pula pada pengalaman dan sejarah masa lalu mereka.

Sebagai contoh untuk seorang ibu yang akan menjalani operasi caesar dengan mendengarkan alunan musik, proses melahirkan dapat menjadi lebih alami dan dapat mengurangi trauma. Ibu tersebut dapat lebih tenang dan gembira, bahkan dapat mengurangi rasa nyeri yang dia rasakan.

Terbuktikan juga bahwa musik mampu meringankan penderitaan pasien dari rasa sakitnya karena saraf untuk mendengarkan musik dan saraf perasaan sakit itu sama. Sehingga pada saat pasien menjalani pembedahan rasa sakitnya dapat dialihkan dengan cara mendengarkan musik. Hal inilah yang menyebabkan para dokter gigi terutama di Eropa maupun Amerika untuk selalu mengalunkan lagu-lagu lembut di ruang prakteknya.

Dr. Raymond Bahr, seorang dokter ahli jantung di USA dan kepala bagian dari Intensive Care Unit (ICCU), selalu mempergunakan musik di dalam ruang perawatan pada Critical Care Unit. Ia sudah membuktikan bahwa pada kasus- kasus serangan jantung di mana pasiennya membutuhkan perawatan yang intensive, satu setengah jam mendengarkan musik lembut memiliki efek terapi yang sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 miligram.

Berdasarkan penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan musik terapi kebutuhan akan obat penenang pun turun drastis hingga 50%. Di samping itu,  pasien yang menghadapi operasi lebih rileks menjadikan jarangnya terjadi komplikasi. Hal tersebut membuat waktu untuk menjalani rawat inap menjadi lebih singkat.

Dr. John Diamond dan Dr. David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia di mana mereka menyimpulkan bahawa : Saat jenis musik yang didengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin) yang dapat menimbulkan rasa nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.

Sebaliknya dengan jenis irama yang dihasilkan oleh musik rock and roll, disco, metal dan sejenisnya yang memiliki “Anepastic Beat” (2 beat pendek, 1 beat panjang dan kemudian berhenti sesaat) yang sering digunakan oleh pemusik di atas merupakan irama yang berlawanan dengan irama denyut jantung manusia.

Oleh karena itu apabila kedua jenis irama yang antagonis ini bertemu berakibat seluruh sel-sel otot pada tubuh manusia (khususnya sel pada jantung) akan melemah dan lama kelamaan sel-sel otot jantung ini akan rusak (Nekrosis). Jani jelas bagi para penggemar lagu disco., rock and roll memiliki kecenderungan mendapatkan serangan jantung dibanding yang tidak sering mendengarkannya.

Dan juga terbukti kembali apabila kita mendengarkan musik lembut secara teratur, ini dapat menurunkan tekanan darah, merangsang peningkatan hormon Endorhins (Natural Pain Relieves) dan S-IgA (Immuglobin kelenjar ludah tipe A, zat kekebalan tubuh yang berfungsi mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan denyut nadi).

Jadi bagi mereka yang memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit jantung, dianjurkan sebaiknya untuk mendengarkan musik lembut. Kelebihan ini dapat mengurangi biaya untuk ke rumah sakit maupun dokter.

Fungsi musik selain untuk didengarkan dan dimainkan terdapat fungsi-fungsi lainnya salah satunya adalah musik sebagai terapi dalam pengobatan.







Kamus Besar Bahasa Indonesia.  2013. http://kbbi.web.id/ diakses pada tanggal 24 Maret 2013

Terapi Musik. 2013. http://www.terapimusik.com/ diakses pada tanggal 24 Maret 2013

Sutton, Julie. 2002. Music Therapy and Trauma. United Kingdom : Jessica Kingsley Publishers Ltd

Rachel Danley Smith. 2003. Music Therapy. London : SAGE Publications Ltd.

Patey, Helen M. 2003. Music Therapy. London : SAGE Publications Ltd.

Sebeneranya.com. 2012 Musik Sebagai Alat Terapi. http://www.sebenarnya.com/2012/08/musik-sebagai-alat-terapi.html diakses pada tanggal 26 Maret 2013

Lonergan, B.A. (1999). The Development of Trauma Therapist : A Qualitative Studi of the Therapist’s Perspectives and Experiences. Colorado : Counselling Psychology.

Pickett,G.Y. (1998).

Für Elise

Definisi tinjau berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia adalah melihat sesuatu yang jauh dari ketinggian ; (datang, pergi) melihat-lihat (menengok, memeriksa, mengamati) ; mengintai, menyelidiki ; melihat (memeriksa) ; memperlajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami). Sedangkan tinjauan berarti hasil meninjau; pandangan; pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari).

Dan definisi repertoar menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah persediaan nyanyian, lakon, opera yang dimiliki seseorang atau suatu kelompok seni yang siap untuk dimainkan ; daftar lagu, judul sandiwara, opera, dsb yang akan disajikan oleh pemain musik, sanggar penyanyi, dll.  Jadi yang dimaksud dengan tinjauan repertoar adalah hasil dari meninjau pandangan dan pendapat dari bahan yang dimainkan oleh kelompok seni.

Bagatelle No. 25 in A minor (WoO 59 dan Bia 515) untuk solo piano atau lebih terkenal dengan   Für Elise (dalam bahasa Jerman) yang artinya “Kepada Elise” adalah salah satu komposisi yang terkenal dari Ludwig Van Beethoven. Tetapi Elise yang dimaksud masih misterius siapakah wanita tersebut. Partitur Für Elise baru dipublikasikan pada tahun 1867, setelah 40 tahun kematian sang komposer pada tahun 1827. Ludwig Nohl yang menemukan partitur tersebut menegaskan naskah asli sekarang hilang tertanggal 27 April 1810.

Para peneliti belum yakin dengan “Elise” yang dimaksud. Unger Max berkata mungkin Ludwig Nohl telah melakukan kesalahan dalam penulisan judul dan kemungkinan karya aslinya adalah “Für Therese”. Dan Therese yang dimaksud menuju kepada Therese Malfatti von Rohrenbach zu Dezza (1792 – 1851). Dia adalah seorang teman dan mahasiswa Beethoven. Sebelum menyatakan cintanya, gadis tersebut menikahi bangsawan asal Austria Jacob Malfatti von Rohrenbach (1769-1829).

Menurut sebuah penelitian 2010 oleh Klaus Martin Kopitz, ada bukti bahwa karya tersebut ditulis untuk soprano Jerman yaitu Elisabeth Rockel (1793-1883) yang seorang istri dari Johann Nepomuk Hummel. “Elise” biasa disebut oleh pastor paroki atau bisa dipanggil “Betty” telah menjadi teman Beethoven sejak 1808.

Melodi pembuka Für Elise yang terkenal menjadi petunjuk inisial wanita yang dicintai Beethoven. Melodinya dimulai dengan nada E – D# – E, atau enharmoninya E – E♭ – E, dibaca E – Es – E, huruf yang menjadi nada lagu dari nama ThErESE atau bahkan EliSE.

Banyak penelitian yang menjelaskan tentang Für Elise. Dan untuk pembuktiannya masih tidak dapat dipastikan dan masih banyak penyangkalan oleh tiap penelitian-penelitian tersebut.

Getting Started

Hari ini 19 September 2013, akhirnya launching juga blog untuk musikologi dan sejarah musik. Di sini gw mau berbagi dan share all about musicology and music history. Dan blog ini akan diisi oleh hasil-hasil tugas dan tulisan musik yang gw dapet. Karena melihat susahnya ngedapetin info-info tentang musikologi dan sejarah musik jadi terketuklah untuk berbagi. Ya walaupun yang dibagi tidak akan seperti perpustakaan yang semuanya ada, dan karena terbatasnya juga pengetahuan di kepala dan refrensi buku tapi karena punya niat baik, jadi akan dibagi sebanyak-banyaknya yang gw tau kok :D

Dan semoga info-info yang akan dishare di sini berguna untuk para readers dan menambah pengetahuan. Syukur-syukur bisa untuk bantu tugas kalian para readers :D